Senin, 18 April 2011

Olahraga Woodball

Senin, 18 April 2011
 




             Presiden Asosiasi Woodball Indonesia, Tandiono Jecky menargetkan woodball bisa dipertandingkan di tingkat Pekan Olahraga Nasional. Dia menilai woodball yang pertama kali diperkenalkan di Indonesia pada 2006, pantas untuk jadi salah satu cabang olahraga di PON.  “Saya berharap pada PON berikutnya, woodball sudah ikut dipertandingkan,” ucapnya, Minggu (20/12) di sela-sela peresmian lapangan woodball pertama di Surakarta. Sebagai langkah persiapan, dia menuturkan agenda terdekat adalah menjadi anggota tetap Komite Olahraga Nasional Indonesia. Dimana salah satu syarat mutlak yang harus dipenuhi memiliki 10 pengurus daerah atau pengda tingkat provinsi. Tandiono mengatakan hingga akhir tahun ini baru memiliki lima pengda, yaitu Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, dan Bali. “Akan ada rapat tahunan di bulan Maret 2010, sekaligus untuk pengukuhan lima pengda baru. Sehingga kami genap memiliki 10 pengda, sesuai syarat untuk menjadi anggota tetap KONI,” jelasnya. Lima pengda baru tersebut rencananya Lampung, Bengkulu, Sumatera Selatan, Sumatra Barat, dan Banten. Setelahnya, pihaknya akan mengajukan menjadi anggota tetap KONI. Setelah menjadi anggota tetap KONI, langkah berikutnya menambah jumlah pengda menjadi 15. Hal ini menjadi syarat sebuah cabang olahraga bisa ikut dipertandingkan di PON. Dia optimistis target tersebut bisa cepat tercapai, sebelum PON 2012 digelar di Riau. “Woodball sudah berkembang dan dikenal di 13 provinsi. Selain sepuluh provinsi di atas, masih ada Kalimantan Timur, Jakarta, dan Sumatera Utara,” terangnya. Untuk memasyarakatkan woodball, Tandiono mendorong setiap sekolah untuk membuat lapangan woodball. Panjangnya antara 30-120 meter dengan lebar 4-10 meter. Bagi sekolah yang sudah memiliki lapangan woodball, dia berjanji akan memberikan bantuan alat seperti pemukul dan bola. “Bahkan di Bali, woodball sudah masuk kurikulum. Tapi paling tidak saya berharap woodball bisa menjadi kegiatan ekstrakurikuler di sekolah,” lanjutnya. Selain itu, setiap tahun rutin diselenggarakan kejuaran Indonesia Open, dimana tahun depan masuk penyelenggaraan yang keempat kalinya. “Rencananya kalau tidak di Bandung, di Solo,” katanya sembari menyebut atlet woodball Indonesia cukup berprestasi di tingkat Asia. “Tahun ini untuk atlet putra juara I di kejuaraan Asia. Sedangkan yang putri juara II. ”Woodball seperti permainan golf, namun pemukulnya dari kayu dimana bagian pemukulnya berbentuk lonjong. Pemain harus bisa memukul bola yang terbuat dari kayu, yang mengenai gawang untuk mendapat nilai. 
 
Contoh Gambar Malet, Get Dan Bola Woodball

Kamis, 14 April 2011

Tentang Liverpool

 LIVERPOOL
You'll Never Walk Alone 

Berdiri: 1892
Alamat: Anfield Road, Liverpool L4 0TH England
Telepon: 0151.26.32.361
Faksimile: 0151.26.08.813
Surat Elektronik: customercontact@liverpoolfc.tv
Laman Resmi: http://www.liverpoolfc.tv
Ketua: Martin Broughton
Direktur: C.M.C. Purslow
Stadion: Anfield

Sejarah Singkat
            Salah satu klub tersukses di Inggris Raya. Didirikan pada 1892 akibat perseteruan John Holding dengan Everton FC, Liverpool menjelma kekuatan serius di kompetisi sepakbola Inggris. Klub sempat diberi nama Everton FC and Athletic Grounds, Ltd., atau diringkas Everton Athletic, namun FA menolak mengakui dua tim bernama Everton. Houlding pun akhirnya memilih nama Liverpool FC. Tak butuh lama bagi Liverpool untuk mencicipi gelar di liga. Pada 1900/01, Liverpool sukses menjuarai Divisi Satu dan mengulanginya lagi lima tahun kemudian. Final Piala FA pertama dilakukan pada 1914, meski mereka dikalahkan Burnley 1-0. Liverpool sempat terseok-seok sebelum Bill Shankly datang sebagai manajer pada 1959. Shankly membenahi tim secara besar-besaran dan menggunakan sebuah ruangan bernama The Boot Room untuk menggelar rapat pelatih. Kejayaan Liverpool bersama Shankly dilanjutkan Bob Paisley, yang antara lain sukses membawa The Reds merengkuh trofi Eropa pertama. Pada 1972/73, Liverpool menyabet Piala UEFA dan menyusul Piala Champions empat tahun berikutnya. Periode keemasan Liverpool pun dimulai. Sayangnya, catatan keemasan itu sedikit ternoda oleh insiden Heysel dan Hillsborough pada 1980-an. Kedua insiden mengerikan tersebut memakan korban nyawa penonton sepakbola dan masih terus dikenang hingga saat ini. Kali terakhir Liverpool menjuarai liga adalah musim 1989/90 dan sudah terlalu lama mereka menunggu untuk mencicipi sukses pertama di era Liga Primer. Kedatangan pelatih baru Roy Hodgson diharapkan dapat mengulangi prestasi gemilang tersebut.
 
Catatan Prestasi
5 kali juara Liga Champions (1976/77, 1977/78, 1980/81, 1983/84, 2004/05)

3 kali juara Piala UEFA (1972/73, 1975/76, 2000/01)

3 kali juara Piala Super Eropa (1977, 2001, 2005)

18 kali juara Liga Primer (ditambah Divisi Satu lama, 1900/01, 1905/06, 1921/22, 1922/23, 1946/47, 1963/64, 1965/66, 1972/73, 1975/76, 1976/77, 1978/79, 1979/80, 1981/82, 1982/83, 1983/84, 1985/86, 1987/88, 1989/90)

Macam-macam Metode Pembelajaran


Macam macam metode pembelajaran 

1) CERAMAH
          Metode ceramah yang dimaksud disini adalah ceramah dengan kombinasi metode yang bervariasi. Mengapa disebut demikian, sebab ceramah dilakukan dengan ditujukan sebagai pemicu terjadinya kegiatan yang partisipatif (curah pendapat, disko, pleno, penugasan, studi kasus, dll). Selain itu, ceramah yang dimaksud disini adalah ceramah yang cenderung interaktif, yaitu melibatkan peserta melalui adanya tanggapan balik atau perbandingan dengan pendapat dan pengalaman peserta. Media pendukung yang digunakan, seperti bahan (handouts), transparansi yang ditayangkan dengan OHP, bahan presentasi yang ditayangkan dengan LCD, tulisan-tulisan di kartu metaplan dan/kertas plano, dll.

2) DISKUSI UMUM (DISKUSI KELAS)
           Metode ini bertujuan untuk tukar menukar gagasan, pemikiran, informasi/ pengalaman diantara peserta, sehingga dicapai kesepakatan pokok-pokok pikiran (gagasan, kesimpulan). Untuk mencapai kesepakatan tersebut, para peserta dapat saling beradu argumentasi untuk meyakinkan peserta lainnya. Kesepakatan pikiran inilah yang kemudian ditulis sebagai hasil diskusi. Diskusi biasanya digunakan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari penerapan berbagai metode lainnya, seperti: penjelasan (ceramah), curah pendapat, diskusi kelompok, permainan, dan lain-lain.

3) CURAH PENDAPAT (BRAINSTORMING)
           Metode curah pendapat adalah suatu bentuk diskusi dalam rangka menghimpun gagasan, pendapat, informasi, pengetahuan, pengalaman, dari semua peserta. Berbeda dengan diskusi, dimana gagasan dari seseorang dapat ditanggapi (didukung, dilengkapi, dikurangi, atau tidak disepakati)  oleh peserta lain, pada penggunaan metode curah pendapat pendapat orang lain tidak untuk ditanggapi. Tujuan curah pendapat adalah  untuk membuat kompilasi (kumpulan) pendapat, informasi,  pengalaman semua peserta yang sama atau berbeda. Hasilnya kemudian dijadikan peta informasi, peta pengalaman, atau peta gagasan (mind map) untuk menjadi pembelajaran bersama.

4) DISKUSI KELOMPOK
          Sama seperti diskusi, diskusi kelompok adalah pembahasan suatu topik dengan cara tukar pikiran antara dua orang atau lebih, dalam kelompok-kelompok kecil, yang direncanakan untuk mencapai tujuan tertentu.  Metode ini dapat membangun suasana saling menghargai perbedaan pendapat dan juga meningkatkan partisipasi peserta yang masih belum banyak berbicara dalam diskusi yang lebih luas. Tujuan penggunaan metode ini adalah mengembangkan kesamaan pendapat atau  kesepakatan atau mencari suatu rumusan terbaik mengenai suatu persoalan.Setelah diskusi kelompok, proses dilanjutkan dengan diskusi pleno. Pleno adalah istilah yang digunakan untuk diskusi kelas atau diskusi umum yang merupakan lanjutan dari diskusi kelompok yang dimulai dengan diskusi pleno. Pleno adalah istilah yang digunakan untuk diskusi kelas atau diskusi umum yang merupakan lanjutan dari diskusi kelompok yang dimulai dengan pemaparan hasil diskusi kelompok.

5) BERMAIN PERAN (ROLE-PLAY)
             Bermain peran pada prinsipnya merupakan metode untuk  ‘menghadirkan’  peran-peran yang ada dalam dunia nyata ke dalam suatu ‘pertunjukan peran’ di dalam kelas/pertemuan, yang kemudian dijadikan sebagai bahan refleksi agar peserta memberikan penilaian terhadap . Misalnya: menilai keunggulan maupun kelemahan masing-masing peran tersebut, dan kemudian memberikan saran/alternatif pendapat bagi pengembangan peran-peran tersebut. Metode ini lebih menekankan terhadap masalah yang diangkat dalam ‘pertunjukan’, dan bukan pada kemampuan pemain dalam melakukan permainan peran.

6) SIMULASI
            Metode simulasi adalah bentuk metode praktek yang sifatnya untuk mengembangkan ketermpilan peserta belajar  (keterampilan mental maupun fisik/teknis). Metode ini memindahkan suatu situasi yang nyata ke dalam kegiatan atau ruang belajar karena adanya kesulitan untuk melakukan praktek di dalam situasi yang sesungguhnya. Misalnya: sebelum melakukan praktek penerbangan, seorang siswa sekolah penerbangan melakukan simulasi penerbangan terlebih dahulu (belum benar-benar terbang). Situasi yang dihadapi dalam simulasi ini harus dibuat seperti benar-benar merupakan keadaan yang sebenarnya (replikasi kenyataan).Contoh lainnya, dalam sebuah pelatihan fasilitasi, seorang peserta melakukan simulasi suatu metode belajar seakan-akan tengah melakukannya bersama kelompok dampingannya. Pendamping lainnya berperan sebagai  kelompok dampingan yang benar-benar akan ditemui dalam keseharian peserta (ibu tani, bapak tani, pengurus kelompok, dsb.). Dalam contoh yang kedua, metode ini memang mirip dengan bermain peran. Tetapi dalam simulasi, peserta lebih banyak berperan sebagai dirinya sendiri saat melakukan suatu kegiatan/tugas yang benar-benar akan dilakukannya.

7) SANDIWARA
            Metode sandiwara seperti memindahkan ‘sepenggal cerita’  yang menyerupai kisah nyata atau situasi sehari-hari ke dalam pertunjukkan. Penggunaan metode ini ditujukan untuk mengembangkan diskusi dan analisa peristiwa (kasus).  Tujuannya adalah sebagai media untuk memperlihatkan berbagai permasalahan pada suatu tema (topik) sebagai bahan refleksi dan analisis solusi penyelesaian masalah. Dengan begitu, rana penyadaran dan peningkatan kemampuan analisis dikombinasikan secara seimbang

8) DEMONSTRASI
             Demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk membelajarkan peserta dengan cara menceritakan dan memperagakan suatu langkah-langkah pengerjaan sesuatu. Demonstrasi merupakan praktek yang diperagakan kepada peserta. Karena itu, demonstrasi dapat dibagi menjadi dua tujuan: demonstrasi proses untuk memahami langkah demi langkah; dan demonstrasi hasil untuk memperlihatkan atau memperagakan hasil dari sebuah proses.Biasanya, setelah demonstrasi dilanjutkan dengan praktek oleh peserta sendiri. Sebagai hasil, peserta akan  memperoleh pengalaman belajar langsung setelah melihat, melakukan, dan merasakan sendiri. Tujuan dari demonstrasi yang dikombinasikan dengan praktek adalah membuat perubahan pada rana keterampilan.

9) PRAKTEK LAPANGAN
               Metode praktik lapangan bertujuan untuk melatih dan meningkatkan kemampuan peserta dalam mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang diperolehnya. Kegiatan ini dilakukan di ‘lapangan’, yang bisa berarti di tempat kerja, maupun di masyarakat. Keunggulan dari metode ini adalah pengalaman nyata yang diperoleh bisa langsung dirasakan oleh peserta, sehingga dapat memicu kemampuan peserta dalam mengembangkan kemampuannya. Sifat metode praktek adalah pengembangan keterampilan.

10) PERMAINAN (GAMES)
               Permainan (games), populer dengan berbagai sebutan antara lain pemanasan (ice-breaker) atau penyegaran (energizer). Arti harfiah ice-breaker adalah ‘pemecah es’. Jadi, arti pemanasan dalam proses belajar adalah pemecah situasi kebekuan fikiran atau fisik peserta. Permainan juga dimaksudkan untuk membangun suasana belajar yang dinamis, penuh semangat, dan antusiasme. Karakteristik permainan adalah menciptakan suasana belajar yang menyenangkan (fun) serta serius tapi santai (sersan). Permainan digunakan untuk penciptaan suasana belajar dari pasif ke aktif, dari kaku menjadi gerak (akrab), dan dari jenuh menjadi riang (segar). Metode ini diarahkan agar tujuan belajar dapat dicapai secara efisien dan efektif dalam suasana gembira meskipun membahas hal-hal yang sulit atau berat.Sebaiknya permainan digunakan sebagai bagian dari proses belajar, bukan hanya untuk mengisi waktu kosong atau sekedar permainan. Permainan sebaiknya dirancang menjadi suatu ‘aksi’ atau kejadian yang dialami sendiri oleh peserta, kemudian ditarik dalam proses refleksi untuk menjadi hikmah yang mendalam (prinsip, nilai, atau pelajaran-pelajaran). Wilayah perubahan yang dipengaruhi adalah rana sikap-nilai

Mengajar Penjas di SD 1 & 2 geger Kalong Girang

 
"Siswa Siswi SD 1 & 2 Geger Kalong Girang"

Rabu, 14 April 2011
Assalamualaikum wr. wb.

           Sebelum saya menulis, saya beserta teman-teman seperjuangan saya ( Andri, Diki, Heri, Irvan, Kikit, Ryan, Toto n Luksy ) ingin sekali mengucapkan banyak banyak terima kasih kepada Bapak kepala sekolah dan bapak Ibu guru SD 1 dan 2 Geger Kalong Girang yang telah menerima kami dengan baik dan memberikan izin kesempatan untuk mengajar dan memperluas ilmu kami didalam dunia pendidikan. Tak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih kepada siswa siswi SD 1 dan 2 Geger Kalong Girang yang telah ikut berpartisipasi dan bergembira bersama kami. Penjas adalah suatu proses pendidikan yang melibatkan aktifitas fisik atau jasmani dan olah raga sebagai alat/medianya. Pada dasarnya penjas itu unik dan menarik, karena didalamnya banyak tersimpan nilai nilai seperti sportif, kerjasama, tolong menolong, fair play dan masih banyak lagi social skill yang terdapat dalam penjas. Alkisah ketika saya dan teman teman mengajar di SD yang telah saya sebutkan diatas, ternyata banyak sekali pengalaman pengalaman ilmu yang kami dapatkan. Kami semua jadi tahu tentang sifat dan sikap anak anak SD zaman sekarang, jadi keunikan, keuletan, kelucuan dan kegembiraan semuanya tercampur jadi satu kebahagiaan dan kesenangan bersama. Sungguh menjadi kebanggaan besar bagi kami ketika mengajar di SD, karena tantangan tantangan datang dari sifat dan sikap anak anak. Mereka semua seperti balon besar yang telah terisi berbagai macam kreasi dan imajinasi yang terjepit oleh jarum, yang apabila balon itu kita tekan maka balon beserta isinya akan hancur berantakan, jadi seperti itulah karakteristik anak anak zaman sekarang. Mereka adalah tunas bangsa yang harus kita dewasakan, itu sudah menjadi tugas wajib bagi kita seorang guru penjas. Jaya Negaraku, Jaya Pendidikan Negriku...

Selasa, 12 April 2011

Gaya Mengajar Penjas

MACAM MACAM GAYA MENGAJAR PeNJAs

GAYA KOMANDO
            Gaya komando adalah pendekatan mengajar yang paling bergantung pada guru. Tujuannya adalah penampilan yang cermat. Guru menyiapkan semua aspek pengajaran dan ia sepenuhnya bertanggung jawab dan berinisiatif terhadap pengajaran dan memantau kemajuan besar dari perkembangan siswanya. Pada dasarnya gaya ini ditandai dengan penjelasan, demonstrasi, dan latihan. Lazimnya, gaya itu dimulai dengan penjelasan tentang teknik baku, dan kemudian siswa mencontoh dan melakukannya berulang kali. Evaluasi dilakukan berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan. Siswa dibimbing ke suatu tujuan yang sama bagi semuanya. Memang Gaya Mengajar Komando kebanyakan terbukti efektif karena ilmu yang diperoleh oleh siswa akan cepat diserap dan dapat dimengerti, inilah peran guru dibutuhkan sepuasnya. Guru menyiapkan semua aspek pengajaran yang mendukung dan yang efektif.
Penerapan Gaya Komando :
·         Ingin diajarkan ketrampilan khusus atau khas
·         Menangani kelas yang sulit dikendalikan
·         Ingin mencapai kemajuan yang lebih cepat
·         Sekelompok anak yang memerlukan bantuan khusus
Peran guru pada pembelajaran ini sangat dominan, yaitu sebagai pembuat keputusan pada semua tahap, karena pada tahap perencanaan, tahap pelaksanaan dan tahap evaluasi sepenuhnya dilakukan oleh guru, sedangkan peserta didik/siswa hanya berperan sebagai pelaku ataupun pelaksana saja yang sepenuhnya harus tunduk terhadap pengarahan, penjelasan, dan segala perintah dari guru. Esensi dari gaya komando adalah adanya hubungan yang langsung dan cepat antara stimulus guru dan respon murid. Stimulus berupa tanda/komando yang diberikan guru, akan mengawali setiap gerakan peserta didik/siswa dalam menampilkan gerakan sesuai dengan contoh dari guru.Gaya komando sangat sesuai untuk kegiatan pembelajaran stretching, kalestenik dan teknik dasar
Kelemahan Dan Keuntungan Gaya komando
a) Kelemahan Gaya Komando Adalah :
Ø  Kurang mengembangkan penalaran
Ø  Kurang mengembangkan pembentukan sifat
Ø  Tidak demokratis Penyaluran aspek sosial, emosional, dan kognitif sangat terbatas
b) Keuntungan gaya Komando Adalah :
Ø  Keseragaman gerak
Ø  Jika dilakukan oleh banyak orang dapat membuat suasana indah dan menyenangkan
Ø  Mengembangkan perilaku disiplin
Ø  Menghasilkan tingkat kegiatan yang tinggi
Sasaran gaya Komando
ü        respons langsung terhadap petunjuk yang diberikan
ü        penampilan yang sama/seragam
ü       mengikuti model yang telah ditentukan
ü       ketepatan dan kecermatan respons
ü        meningkatkan semangat kelompok
ü       penggunaan waktu secara efisien

GAYA LATIHAN
            Dalam gaya ini siswa diberikan waktu untuk melaksanakan tugas secara perorangan, sedangkan guru memberi umpan balik kepada semua siswa secara perorangan. Disini guru bertanggung jawab menentukan tujuan pengajaran, memilih aktivitas dan menetapkan tata urut kegiatan untuk mencapai tujuan pengajaran. Gaya latihan sangat sesuai untuk pembelajaran dalam penguasaan teknik dasar. Di dalam gaya tugas ini siswa ikut serta menentukan cepat lambatnya tempo belajar, maksudnya guru memberikan keleluasaan bagi setiap siswa untuk menentukan sendiri kecepatan belajar dan kemajuan belajarnya. Dalam gaya ini, guru tidak menghiraukan bagaimana kelas organisasi, atau apakah siswa melakukan tugas itu secara serempak atau tidak karena hal itu tidak begitu penting baginya. Tugas dapat disampaikan secara lisan atau tulisan. Siswa melakukan tugas sesuai dengan kemampuannya dan dia juga dapat dibantu oleh temannya, atau tugas itu dilaksanakan dalam sebuah kelompok kecil.
Ciri Ciri Gaya Latihan
§  Rumusan tujuan, pemilihan aktifitas belajar dan urutan kegiatan belajar ditentukan oleh guru.
§  Siswa hanya diberi kebebasan dalam menentukan tempo latihan
Penerapan Gaya Latihan
v  Tugas diberikan secara lisan atau tulisan
v  Tugas lisan atau tulisan dibuat secara jelas dan singkat
v  Siswa melakukan tugas dengan kemampuannya
Kelemahan Dan Keuntungan Gaya Latihan
a) Kelemahan
Ø  Kurang mengembangkan kreatifitas
Ø  Tugas yang kurang jelas dan terlalu panjang dapat menimbulkan lupa
Ø  Bagi sebagian anak dapat menghindari dari tugas yang sebenarnya

b) Keuntungan
Ø  Guru dapat memberikan umpan balik secara individual
Ø  Dapat mengembangkan rasa tanggung jawab
 
GAYA RESIPROKAL (BERBALASAN)
          Pada gaya resiprokal, kelas diorganisir dan dikondisikan dalam peran-peran tertentu (dibagi menjadi dua kelompok), ada peserta didik/siswa yang berperan sebagai pelaku, dan sebagai observer (pengamat) terhadap aktivitas yang dilakukan oleh kelompok pelaku, sedangkan guru sebagai fasilitator. Kelompok siswa yang bertindak sebagai observer mengamati tampilan/aktivitas yang dilakukan oleh temannya (pelaku) dfengan membawa lembar observasi (pengamatan) yang telah disusun oleh guru, selanjutnya observer tersebut mengevaluasi tampilan dari kawannya yang bertindak sebagai pelaku. Dalam hal ini evaluasi dilakukan oleh peserta didik/siswa sendiri secara bergantian. Melalui upaya mengevaluasi aktivitas temannya, diharapkan siswa juga mengetahui konsep pelaksanaan yang benar, karena setiap siswa akan berperan sebagai observer (pengamat), maka mereka akan berupaya untuk menguasai konsep geraknya yang benar. Tanggungjawab dan pemberian umpan balik diberikan kepada siswa. Untuk pelaksanaan gaya resiprokal, siswa terlebih dahulu harus mempelajari teknik dasar, dan gaya resiprokal ini dilaksanakan pada pembelajaran teknik lanjutan. Gaya resiprokal juga memberikan kesempatan kepada teman sebaya untuk memberikan umpan balik dan peranan ini memungkinkan: 1. peningkatan interaksi sosial antar teman sebaya 2. umpan balik secara langsung.
Sasaran Gaya Resiprokal
1. Tugas (Materi Pembelajaran):
Ø  Memberi kesempatan untuk latihan berulang kali dengan seorang pengamat
Ø  Siswa menerima umpan balik langsung
Ø  Sebagai pengamat, siswa memperoleh pengetahuan penampilan tugas
2. Peranan Siswa:
Ø  Memberi dan menerima umpan balik
Ø  Mengamati penampilan teman dan mengoreksi
Ø  Menumbuhkan kesabaran dan toleransi
Ø  Memberikan umpan balik
Akibat ada interaksi social antara siswa dengan pasangannya :
ü  Umpan balik langsung
ü  Guru mengamati pelaku dan pengamat, tapi hanya berkomunikasi dengan pengamat
ü  Guru memberikan kriteria perilaku yang harus ditampilkan sebelum pelaksanaan pembelajaran

Peranan Guru
·         Menjawab pertanyaan dari pengamat
·         Berkomunikasi dengan pengamat
·         Memantau pelaksanaan pembelajaran
Hal Hal Yang Dilakukan Guru Sesudah Pembelajaran:
1.      Menerima criteria perilaku
2.      Mengamati penampilan perilaku
3.      Membandingkan dan mendiskusikan penampilan dengan kriteria perilaku
4.      Menyimpulkan hal hal mengenai penampilan kepada perilaku
5.      Menyimpulkan posisi atau level penampilan disbanding dengan kriteria
6.      Guru harus menjawab / mengomentari pertanyaan atau pernyataan yang disampaikan siswa.
Hal Yang Perlu Ditekankan Kepada Pengamat :
1.      Pengamat harus berperilaku sesuai dengan kriteria perilaku pengamat
2.      Pastikan bahwa pengamat memberikan umpan balik sesuai dengan kriteria perilaku
Keuntungan atau kerugian.

Gaya ini memberikan keuntungan antara lain sbb:
ü       memberikan umpan balik seketika tanpa di tunda tunda yang mempunyai pengaruh nyata terhadap proses belajar siswa. Umpan balik ini berupa informasi tentang apa yang diperbuatnya baik yang benar atau yang keliru.
ü        dapat mengembangkan cara kerja dalam tim kecil. Sehingga aspek sosialnya berkembang.
ü        meningkatkan proses belajar mengajar dengan cara mengamati secara sistematik gerakan atau pokok bahasan dari teman. Pada dasarnya, mengamati kegiatan belajar teman itu merupakan suatu proses belajar mengajar juga.

Kelemahan itu dapat dikemukakan sbb:
q        Sering menimbulkan situasi yang emosional antar apelaku dan pengamat yang disebabkan pengamat berlaku berkelebihan dalam menyampaikan informasi yang bersangkutan. Perilaku yang berkelebihan antara alain menyampaikan dengan nada mengejek, menghakimi, bergaya mengurui yang serba tahu.
q      Pada umumnya pelaku tidak tahan terhadap kritik siswa pengamat sehubungan dengan hasil belajar yang pemah dilakukan sebelumnya. Siswa pelaku tidak mau terima hasil pengamatan temannya. Situasi ini sering menimbulkan ketegangan anatara siswa pelaku dan siswa pengamat.
q      Sering juga terjadi pasangan ini justru memantapkan suatu perilaku belajar yang sama, disebabkan mereka salah menafsirkan deskripsi gerakan atau pokok bahasan yang tertera dalam lembaran kerja.

SELF CHECK STYLE (GAYA MENILAI DIRI SENDIRI )
            Pengertian dari Self Check Style adalah Menilai penampilannya sendiri dan menetapkan kriteria untuk memperbaiki penampilannya sendiri serta belajar bersikap objektif terhadap penampilannya, baik belajar menerima keterbatasannya, membuat keputusan baru dalam bagian pelajaran selama dan sesudah pelajaran. Dalam gaya ini siswa lebih mandiri dibanding dengan gaya sebelumnya. Dalam gaya ini siswa membandingkan antara apa yang dilakukan dengan kriteria dari guru.
Implikasi Gaya Menilai Diri Sendiri :
Ø  Guru mendorong kemandirian siswa
Ø  Guru mendorong siswa utk mengembangkan keterampilan dan memantau sendiri
Ø  Guru mempercayai siswa
Ø  Guru mengajukan pertanyaan yang berpusat pada proses periksa diri dan pelaksanaan tugas
Ø  Siswa belajar sendiri
Ø  Siswa mengenali keterbatasannya
Ø  Siswa memakai umpan balik dari hasil periksa diri
Peranan Siswa :
ü       Menilai penampilannya sendiri
ü       Menetapkan kriteria untuk memperbaiki penampilannya sendiri
ü       Belajar bersikap objektif terhadap penampilannya
ü       Belajar menerima keterbatasannya
ü      Membuat keputusan baru dalam bagian pelajaran selama dan sesudah pertemuan
Memilih Desain tugas :
a.       guru dapat memilih satu tugas untuk semuanya
b.      mendesain tugas yang berbeda-beda, menyediakan berbagai tugas sesuai dengan kemampuan siswa
c.       lembaran kriteria. lembaran tugas gaya ini sama dengan gaya latihan

GAYA INKLUSIF/PARTISIPATIF ( INCLUSION STYLE)
          Pada gaya inklusi, guru berperan sebagai pembuat keputusan dalam perencanaan, sedangkan peserta didik menentukan pilihan terhadap kelompok kegiatan dalam pelaksanaan dan evaluasi. Dalam pelaksanaan pembelajaran, guru terlebih dahulu menyampaikan rencana kegiatan yang akan dilakukan, dan menetapkan pembagian level, atau kelompok kegiatan atas dasar kemampuan peserta didik yang terkait dengan tingkat berat dan kesulitan aktivitas yang akan dilakukan. Misal level 1 merupakan level yang paling mudah, level 2 lebih sulit dari pada level 1, level 3 lebih sulit dari pada level 2 dan seterusnya. Disamping menetapkan pembuatan level, guru juga menetapkan kriteria kemampuan pada tiap levelnya. Selanjutnya siswa secara bebas boleh memilih aktivitas pada level yang mereka anggap sesuai dengan kemampuannya (siswa) sendiri dan siswa diberi kesempatan untuk mengevaluasi kemampuan dirinya atas dasar lembar kriteria kemampuan yang telah dibuat oleh guru dan mengambil keputusan untuk berpindah level yang ada diatasnya (yang lebih tinggi). Untuk pelaksanaan gaya inklusi, siswa terlebih dahulu harus pernah melakukan pembelajaran teknik dasar.
Tujuan gaya inklusi :
q  Melibatkan semua siswa
q  Penyesuaian thd perbedaan individu
q  Memberi kesempatan utk memulai pd tingkat kemampuan sendiri
q  Memberi kesempatan utk mulai kerja dg tgs-tgs yg ringan ke berat, sesuai dg tingkat kemampuan siswa
q  Melajar melihat hub antara kemampuan merasa dg tgs apa yg dpt dilakukan oleh siswa

q  Individualisasi dimungkinkan, krn memilih diantara alternatif tingkat tgs yg telah disediakan
Peranan Guru:
a.       Membuat keputusan pada pra pertemuan
b.      Harus merencanakan seperangkat tugas-tugas dalam berbagai tingkat kesulitan yang disesuaikan dengan perbedaan individu dan yang memungkinkan siswa untuk beranjak dari tugas yang mudah ke tugas yang sulit
Implikasi gaya Inklusif :
ü  Siswa dapat terlayani dengan perbedaan individu
ü  Adanya perbedaan antara pengetahuan yang dimiliki siswa dengan kenyataan yang ada
ü  Fokus perhatian ke individu siswa
ü  Siswa membandingkan konsep mereka sendiri yang berkaitan dengan penampilan fisik
ü  Memilih dan merancang pokok bahasan

Keputusan-keputusan Siswa:
o   Memilih tugas-tugas yang tersedia
o   Melakukan penafsiran sendiri dan memilih tugas awalnya
o   siswa mencoba tugasnya
o   Siswa menentukan untuk mengulang, memilih tugas yang lebih sulit atau lebih mudah, berdasarkan hasil tugas awal
o   Mencoba tugas berikutnya
o   Siswa menilai/menaksir hasil-hasilnya
o   Prosesnya dilanjutkan

GUIDED DISCOVERY ( GAYA PENEMUAN TERBIMBING )
Penemuan adalah terjemahan dari discovery. Menurut Sund "discovery adalah proses mental di mana siswa mampu mengasimilasikan sesuatu konsep atau prinsip". Proses mental tersebut ialah mengamati, mencerna, mengerti, mengolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan dan sebagainya (Roestiyah, 2001:20).
Sedangkan menurut Jerome Bruner "penemuan adalah suatu proses, suatu jalan/cara dalam mendekati permasalahan bukannya suatu produk atau iten pengetahuan tertentu". Dengan demikian di dalam pandangan Bruner, belajar dengan penemuan adalah belajar untuk menemukan, dimana seorang siswa dihadapkan dengan suatu masalah atau situasi yang tampaknya ganjil sehingga siswa dapat mencari jalan pemecahan (Markaban, 2006:9).

    Model penemuan terbimbing menempatkan guru sebagai fasilitator. Guru membimbing siswa dimana ia diperlukan. Dalam model ini, siswa didorong untuk berpikir sendiri, menganalisis sendiri sehingga dapat "menemukan" prinsip umum berdasarkan bahan atau data yang telah disediakan guru(PPPG,2004:4). Metode pembelajaran penemuan adalah suatu metode pembelajaran dimana dalam proses belajar mengajar guru memperkenankan siswa-siswanya menemukan sendiri informasi-informasi yang secara tradisional bisa diberitahukan atau diceramahkan saja (Suryabrata, 1997: 1972). Model penemuan terbimbing atau terpimpin adalah model pembelajaran penemuan yang dalam pelaksanaanya dilakukan oleh siswa berdasarkan petunjuk-petunjuk guru. Petunjuk diberikan pada umumnya berbentuk pertanyaan membimbing (Ali, 2004:87). Metode pembelajaran ini merupakan suatu cara untuk menyampaikan ide/gagasan melalui proses menemukan. Fungsi pengajar disini bukan untuk menyelesaikan masalah bagi peserta didiknya, melainkan membuat peserta didik mampu menyelesaikan masalah itu sendiri (Hudojo, 1988, 114). Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa model penemuan terbimbing adalah model pembelajaran yang di mana siswa berpikir sendiri sehingga dapat "menemukan" prinsip umum yang diinginkan dengan bimbingan dan petunjuk dari guru berupa pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan. Menurut Markaban (2006:11-15) Di dalam model penemuan ini, guru dapat menggunakan strategi penemuan yaitu secara induktif, deduktif atau keduanya. Dengan penjelasan di atas model penemuan yang dipandu oleh guru ini kemudian dikembangkan dalam suatu model pembelajaran yang sering disebut model pembelajaran dengan penemuan ter bimbing. Pembelajaran model ini dapat diselenggarakan secara individu dan kelompok. Model ini sangat bermanfaat untuk mata pelajaran matematika sesuai dengan karakteristik matematika tersebut. Guru membimbing siswa jika diperlukan dan siswa didorong untuk berpikir sendiri sehingga dapat menemukan prinsip umum berdasarkan bahan yang disediakan oleh guru dan sampai seberapa jauh siswa dibimbing tergantung pada kemampuannya dan materi yang sedang dipelajari (Markaban, 2006:15). Peran guru dalam penemuan terbimbing sering diungkapkan dalam Lembar Kerja Siswa (LKS). LKS ini biasanya digunakan dalam memberikan bimbingan kepada siswa menemukan konsep atau terutama prinsip (rumus,sifat) (PPPG,2003:4).
 Perlu diingat bahwa model ini memerlukan waktu yang relatif banyak dalam pelaksanaannya, akan tetapi hasil belajar yang dicapai tentunya sebanding dengan waktu yang digunakan. Pengetahuan yang baru akan melekat lebih lama apabila siswa dilibatkan secara langsung dalam proses pemahaman dan 'mengkonstuksi' sendiri konsep atau pengetahuan tersebut (PPPG, 2004:5).
Langkah-langkah Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing
Menurut Markaban (2006:16) agar pelaksanaan model pembelajaran penemuan terbimbing ini berjalan dengan efektif, beberapa langkah yang mesti ditempuh oleh guru matematika adalah sebagai berikut :
a. Merumuskan masalah yang akan diberikan kepada siswa dengan data secukupnya. Perumusannya harus jelas, hindari pernyataan yang menimbulkan salah tafsir sehingga arah yang ditempuh siswa tidak salah.
b. Dari data yang diberikan guru, siswa menyusun, memproses, mengorganisir, dan menganalisis data tersebut. Dalam hal ini, bimbingan ini sebaiknya mengarahkan siswa untuk melangkah kearah yang hendak dituju, melalui pertanyaan-pertanyaan, atau LKS.
c. Siswa menyusun konjektur (prakiraan) dari hasil analisis yang dilakukannya.
d. Bila dipandang perlu,konjektur yang telah dibuat oleh siswa tersebut diatas diperiksa oleh guru. Hal ini penting dilakukan untuk menyakinkan prakiraan siswa, sehingga akan menuju arah yang hendak dicapai.
e. Apabila telah diperoleh kepastian tentang kebenaran konjektur, maka verbalisasi konjektur sebaiknya diserahkan juga kepada siswa untuk menyusunnya.
f. Sesudah siswa menemukan apa yang dicari hendaknya guru menyediakan soal latihan atau soal tambahan untuk memeriksa apakah penemuan itu benar.
Memperhatikan langkah-langkah model pembelajaran penemuan terbimbing diatas dapat disampaikan kelebihan dan kekurangan yang dimlikinya. Kelebihan model pembelajaran penemuan terbimbing adalah sebagai berikut :
a. Siswa dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran yang disajikan.
b. Menumbuhkan sekaligus menanamkan sikap inguiry (mencari-temukan).
c. Mendukung kemampuan problem solving siswa.
d. Memberikan wahana interaksi antar siswa, maupun siswa antar guru, dengan demikian siswa juga terlatih untuk menggunakan bahasa indonesia yang baik dan benar.
e. Lama membekas karena siswa dilibatkan dalam proses menemukannya
Sedangkan kekurangannya sebagai berikut :
a. Untuk materi tertentu, waktu yang tersita lebih lama.
b. Tidak semua siswa dapat mengikuti pelajaran dengan cara ini. Dilapangan, beberapa siswa masih terbiasa dan mudah dimengerti dengan model ceramah.
c. Tidak semua topik cocok disampaikan dengan model ini

PROBLEM SOLVING ( PEMECAHAN MASALAH )
            Problem solving pada dasarnya adalah siswa memecahkan masalah baik secara individu maupun kelompok. Disini guru memberikan tugas atau masalah yang akan mengarahkan siswa kepada jawaban yang bisa diterima. Gaya ini terdiri atas masukan informasi pemikiran, pemilihan dan respon. Dalam pengertian yang luas, problem solving ini meliputi guided discovery, convergent problem solving, dan divergent problem solving (Pica, 1995). Dalam guided discovery, guru mengajukan beberapa pertanyaan kepada siswa sebagai cara untuk menemukan jawaban terhadap masalah. Convergent problem solving atau sering disebut juga discovery atau inquiry, ditandai dengan adanya satu atau banyak jawaban yang benar terhadap masalah yang diajukan oleh gurunya. Dalam gaya ini siswa terlibat secara aktif dalam penggunaan alasan alasan logis, pemikiran pemikiran yang kritis, dan “trial dan error” sebagai upaya untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Sedangkan diveregent problem yang sering disebut juga exploration ditandai dengan adanya istilah jawaban benar salah, sebagai penggantinya, variasi atau banyak macam jawaban yang sesuai dengan tingkat kemampuan siwa masing masing sangat diharapkan dalam gaya ini.
Langkah-langkah pelaksanaan gaya mengajar pemecahan masalah sebagai berikut:
  • Penyajian masalah. Guru menyajikan masalah kepada siswa dalam bentuk pertanyaan atau pernyataan yang merangsang untuk berfikir. Tidak ada penjelasan atau demonstrasi karena pemecahannya bersumber dari anak.
  • Tentukan Prosedur. Para siswa harus memikirkan prosedur yang dibutuhkan untuk mencapai pemecahan. Bila usia anak masih muda seperti di kelas awal (kelas 1, 2, atau 3), maka persoalan yang diajukan juga lebih sederhana.
  • Bereksperimen dan mengeksplorasi. Dalam bereksprerimen siswa mencoba beberapa kemungkinan cara memecahkan masalah serta menilai dan membuat sebuah pilihan. Ketika mencari-cari jawaban, anaklah yang menentukan arah pemecahannya. Sementara hanya berperan sebagai penasihat, seperti menjawab pertanyaan membantu, memberikan komentar, dan mendorong siswa. Namun, ia tidak megnemukakan jawaban. Waktu harus dirancang cukup untuk mencari jawaban.
  • Mengamati, mengevaluasi, dan berdiskusi. Setiap anak perlu memperoleh kesempatan untuk mengemukakan jawaban dan mengamati apa yang ditemukan siswa lainnya. aneka macam hasil temua dapat dipertunjukkan oleh anak secara perorangan, kelompok kecil, rombongan yang agak besar, atau bagian dari kelas. Diskusi terpusat pada pengujian pemecahan yang khas.
  • Penghalusan dan perluasan. Setelah mengamati pemecahan yang diajukan siswa lainnya dan mengevaluasi alasan di balik pemecahan yang dipilih, apa yang perlu dilakukan. Setiap anak memperoleh kesempatan untuk bekerja kembali melakukan pola geraknya, menggabungkan satu gagasan dengan gagasan lainnya.
Keuntungan atau kerugian :

Keuntungan yang didapat dari metode ini antara lain ialah:
·          Efektif untuk proses belajar yang tujuannya memperkenalkan aklimatisasi, dan konseptualisasi tugas gerak atau suatu keterampilan gerak.
·          Sangat cocok untuk meningkatkan kemampuan membuat keputusan berdasarkan fakta yang diperoleh.
Sedangkan kelemahan metode ini pada umumnya dapat dikemukakan sbb:
·         Sering menimbulkan kesan tidak teratur karena siswa belajar tidak seragam.
·         Bagi mereka yang tingkat inteleknya agak kurang metode ini malah menjadi
ajang trial and error yang tak berkesudahan
·         Merumuskan tujuan yang layak untuk siswa bersangkutan itu merupakan
suatu upaya yang sukar, sehingga terjadi rumusan tujuan diluar jangkauan.

SELF TEACHING STYLE ( PENGAJARAN DIRI SENDIRI )
Metode ini menekankan pada pemberian kebebasan yang lebih luas pada siswa. Kebebasan itu berupa penilaian terhadap kemajuan belajarnya oleh dirinya sendiri, kemudian atas dasar penilaiannya itu siswa membuat keputusan sendiri untuk melanjutkan atau mengulang gerakan atau melanjutkan dengan gerakan atau pokok bahasan yang lebih lanjut. Dengan kata lain, bahwa keputusan yang harus dibuat siswa itu berkenaan dengan pelaksanaan tugas gerak/pokok bahasan, penilaian hasil belajar oleh dirinya sendiri, dan laju proses belajar itu sendiri. Motivasi adalah pendorong yang sangat berpengaruh terhadap proses belajar mengajar yang hadir pada diri siswa. Dengan demikian proses belajar siswa ini tidak semata-mata dirangkai dari luar dirinya tetapi juga ada dorongan batin dirinya sendiri.

Keuntungan atau Kerugian

Keuntungan yang dapat diperoleh dari gaya ini antara lain ialah:
Ø  Membina kemandirian dan mengembangkan kemampuan membuat keputusan berdasarkan pertimbangan sendiri.
Ø  Memberikan kesempatan belajar berdasarkan tempo dan irama belajar atau
kecepatan belajar dirinya sendiri.
Ø  Mengandung pembinaan motivasi diri siswa.

Kelemahan-kelemahan yang terkandung gaya ini antara lain dapat
dikemukakan sebagai berikut:
Ø  Karena kendali guru bersifat longgar, maka materi ini sering menimbulkan kesemerawutan dalam pelaksanannya.
Ø  Memberikan kesempatan menguatkan sifat individualistis yang berkelebihan.
Ø  Kurang mengembangkan sifat sosial pada diri siwa.
Ø  Untuk gerakan yang kompleks yang membutuhkan penjagaan dan bantuan khusus guru metode kurang cocok, sehingga metode ini hanya terbatas pada gerakan sederhana dan tunggal.